PELESTARIAN TRADISI, KEARIFAN LOKAL, DAN BUDAYA NASIONAL
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang hidup dalam satu lingkungan dan mampu berinteraksi dengan kepentingan yang sama. Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk sosial sehingga manusia tidak bisa hidup sendiri. Dari perkumpulan manusia tadi dapat menciptakan budaya dalam masyarakat, berawal dari kebiasaan – kebiasaan sehingga menjadi perilaku yang berbudaya. Budaya dalam masyarakat mencakup cara hidup, sikap, pola perilaku dan pengetahuan dari generasi ke generasi yang diwariskan ke anggota masyarakat.
Pada era globalisasi seperti ini, penting adanya penguatan dalam hal budaya di masyarakat. Hal ini dikarenakan budaya di masyarakat menjadi salah satu identitas yang mereka miliki. Globalisasi dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan budaya. Mudahnya globalisasi masuk dalam masyarakat dapat membuat perubahan dalam segala aspek. Budaya di masyarakat memiliki tugas sebagai benteng atau penyaring budaya luar yang masuk. Agar budaya nasional atau budaya asli masyarakat Indonesia tidak tergerus oleh budaya luar yang masuk akibat globalisasi.
1. Mengenal Tradisi, Kearifan Lokal & Budaya Nasional
A. Tradisi
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun (dari nenek
moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi menjadi gambaran sikap
atau perilaku yang muncul dalam masyarakat, hal ini dilakukan secara terus
menerus dan diturunkan ke generasi selanjutnya. Tradisi dalam masyarakat
mencakup banyak hal, berupa tradisi agama, budaya dan sosial. Tradisi yang
berkembang di masyarakat memiliki perbedaan berdasarkan lingkungan tempat
tinggal mereka. Faktor alam, agama dan pola pikir masyarakat yang menjadi
pembeda antara tradisi satu dengan yang lainnya.
Merujuk dari website Kemenparekraf/Baparekraf
RI (2024) Negara dengan lebih dari satu agama yang diakui dan keanekaragaman budaya, membuat Indonesia sangat kaya akan tradisi yang berkembang di
masyarakat. Contohnya dalam tradisi menyambut hari besar agama islam yaitu Idul
Fitri. Di beberapa tempat melakukan tradisi unik sebagai wujud rasa syukur dan
toleransi antar umat beragama. Gambar 1 merupakan tradisi Perang Topat atau
perang ketupat yang berasal dari Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini merupakan
tradisi menyambut lebaran di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tradisi ini sebagai
perwujudan toleransi umat Islam dan umat Hindu yang tinggal berdampingan. Gambar
2 merupakan tradisi Grebek Syawal di Yogyakarta. Tradisi menyambut lebaran
sebagai bentuk rasa syukur telah melewati puasa Ramadhan satu bulan penuh.
Tradisi ini identik dengan adanya gunungan – gunungan yang diarak dan nantinya
diperebutkan oleh warga sekitar. Selain Perang Topat dan Grebeg Syawal ada juga
tradisi lain yang berkembang di Masyarakat yaitu Ronjok Sayak (Bengkulu),
Binarundak (Sulawesi Utara), Festival Meriam Karbit (Kalimantan Barat), Mudik,
Halal Bihalal.
B. Kearifan Lokal
Menurut Hashina (2021) kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu. Bentuk kearifan lokal dapat beupa nilai, norma, kepercayaan, ritual, adat, kesenian, karya sastra, dan simbol. Kearifan lokal menjadi nilai – nilai luhur yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan menurut Umam (2021), dikutip dari laman gramedia.com kearifan lokal adalah cara pandang hidup masyarakat di wiliyah tertentu tentang lingkungan tempat tinggal mereka. Pandangan ini berupa kepercayaan masyarakat di wilayah tersebut yang sudah berlangsung antar generasi ke generasi. Dalam rangka mempertahankan kearifan lokal di suatu wilayah, para orang tua mewariskan kearifan lokal pada keturunan mereka. Pada zaman yang modern saat ini, beberapa nilai kearifan lokal dianggap kuno. Meskipun demikian kearifan lokal sulit dipisahkan dari Masyarakat, karena di beberapa wilayah dianggap sebagai kepercayaan dan sudah mandarah daging. Kearifan lokal menjadi ciri khas yang dimiliki suatu daerah. Masing – masing daerah memiliki kearifan lokal yang berbeda. Hal ini tergantung dari karakteristik dari masyarakat daerah setempat dan ajaran yang diberikan oleh nenek moyang.
a.
ciri
_ ciri kearifan lokal
1)
bertahan
dari gempuran budaya asing
2)
memiliki
kemampuan mengakomodasi budaya yang berasal dari luar
3)
mampu
mengintegrasikan budaya asing ke dalam budaya asli di Indonesia
4)
mampu
mengendalikan budaya asing yang masuk
5)
memberikan
arah pada perkembangan budaya di Masyarakat
b.
Fungsi
Kearifan Lokal
1)
Konservasi
pelestarian sumber daya alam yang ada
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kearifan lokal sejalan dengan peraturan tersebut dalam hal pelestarian lingkungan. Masyarakat setempat dalam memenuhi kebutuhan warga dari alam dengan cara baik dan tidak merusak. Masyarakat wajib melindungi dan mengelola lingkungan hidup agar tetap lestari.
Gambar 3
merupakan contoh kearifan lokal yang berguna untuk kelestarian lingkungan dan
alam yaitu Subak di Bali. Menurut Hashina (2021) Subak adalah formasi berundak
di sawah yang dibuat di daerah dataran tinggi seperti lereng gunung untuk
budidaya padi. Melalui sistem subak ini, setiap petak sawah dapat dialiri air
secara alami melalui bambu – bambu yang dipasang di petak sawah. Meskipun Subak
adalah produk budaya masa lalu, sistem irigasi yang seperti ini dianggap
irigasi yang unggul dan maju.
2)
Menjadi
petuah, kepercayaan dan pantangan
Kearifan lokal tidak hanya berupa
suatu karya sastra, melainkan juga nilai dan norma yang wariskan ke anak cucu
agar tetap menjalani kehidupan dengan baik. Petuah atau nasihat lama juga
diberikan oleh nenek moyang. Salah satunya adalah petuah Urip Iku Urup dari
masyarakat Jawa. Jika diartikan dalam Bahasa Indonesia yaitu Hidup Itu Menyala.
Petuah tersebut ditafsirkan bahwa menjadi keharusan ketika hidup saling
memberikan manfaat bagi sekitar. Makna petuah ini sangat klasik dan universal.
Petuah ini memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi, tidak hanya untuk masyarakat
Jawa saja melainkan untuk seluruh alam semesta. (Denys, 2022).
3)
Menjadi
ciri utama sebuah masyarakat
Meskipun dianggap kuno, kearifan
lokal menjadi ciri khas yang dimiliki setiap masyarakat sehingga menjadi
pembeda antara daerah satu dengan yang lainnya.
c.
Jenis
– jenis kearifan lokal
Mengutip dari mediaIndonesia.com,
Pangemanan (2023) menuliskan bahwa kearifan lokal dibagi menjadi 2, yaitu :
1)
Kearifan
lokal berwujud nyata atau tangible
Bentuk kearifan lokal yang dapat
dilihat secara nyata, yaitu berupa :
-
Tekstual
: kitab tradisional primbon
-
Bangunan
: rumah adat
-
Benda
cagar budaya : patung, senjata tradisional, kain batik, kain tenun
2)
Kearifan
lokal yang tidak berwujud atau intangible
Bentuk kearifan lokal yang tidak
nyata atau tidak bisa dilihat, penyampaiannya melalui verbal dari orang tua ke
anak (dari generasi ke generasi).
Contoh :
-
Te
Aro Neweak Lako (Papua) : alam merupakan bagian dari diri masyarakat Papua,
sehingga pemanfaatannya harus hati – hati
-
Celako
Kumali (Bengkulu) : tata nilai dalam berladang dan bertanam untuk kelestarian
lingkungan.
-
Tana’Ulen
(Dayak) : Kawasan hutan menjadi milik masyarakat adat
-
Awig
– awig (Bali dan Lombok) : sebuah norma yang berdasarkan rasa keadilan dan
kepatutan Masyarakat
-
Pikukuh
(Baduy) : sebuah prinsip mitigasi bencana yaitu “gunung tidak boleh
dihancurkan, sumber air tidak boleh dirusak”.
C.
Budaya
Nasional
Budaya
nasional merupakan budaya yang menjadi ciri khas atau identitas nasional. Unsur
pembentuk dari budaya nasional yaitu budaya lokal. (Pambudi, 2024). Budaya
nasional tercermin dari semboyan bangsa Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Budaya nasional yang terbentuk dipengaruhi oleh banyak factor yaitu sejarah,
geografi dan kebiasaan masyarakat yang beragam. Budaya nasional yang muncul
tidak hanya berupa fisik seperti bangunan, pakaian adat dan tarian melainkan juga
non fisik berupa nilai – nilai seperti gotong royong dan toleransi.
Budaya
nasional sebagai ciri khas bangsa Indonesia memiliki keunikan yang membedakan
dengan negara lain. Terdapat beberapa karakteristik utama dari budaya nasional
yaitu sesuai dengan semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika”, berasal dari
kearifan lokal, budaya yang muncul dipengaruhi oleh sejarah dan kepercayaan,
bersifat dinamis artinya selalu berkembang mengikuti perkembangan zaman, dan
menjungjung nilai – nilai kemanusiaan serta gotong royong. Hal ini identik
sekali dengan nilai – nilai luhur bangsa Indonesia (Laila, 2021). Berikut
merupakan contoh budaya nasional yang berkembang di berbagai daerah dan menjadi
warisan budaya bangsa Indonesia.
a.
Rumah
adat
Rumah adat merupakan rumah
tradisional bangsa Indonesia, setiap daerah memiliki ciri khas dan makna
disetiap bangunannya.
Gambar
4
Sumber
gambar : https://www.gramedia.com
Rumah adat diatas adalah rumah adat
Radakng dari Kalimantan Barat. Rumah Radakng disebut juga rumah Panjang. Rumah
dengan Panjang 180 meter dan lebar 30 meter, dibuat dengan penyangga yang
banyak dan tinggi. Tangganya lebar dan berjumlah ganjil. Rumah ini memiliki
filosofi sebagai lambing kebersamaan dan toleransi. Hal ini dikarenakan
tempatnya yang luas sehingga dapat menampung banyak keluarga. Rumah ini juga
dilengkapi dengan replica burung Enggang Gading yang bertengger sebagai symbol
kekuatan suka Dayak dari Kalimantan Barat (Umam, 2021).
Selanjutnya ada rumah adat Dalam
Loka dari Nusa Tenggara Barat. Rumah berbentuk panggung dengan tiang penopang
bangunan berjumlah 99. Jumlah ini menggambarkan kepercayaan dalam agama islam
yang menandakan sifat Allah SWT. Terdapat beberapa dekorasi rumah berupa kebun,
tempat loceng dan gahpura yang melambangkan kepercayaan Masyarakat (Umam, 2021).
b.
Pakaian
Adat
Pakaian adat adalah busana
tradisional yang dimiliki oleh suatu daerah atau suku yang menjadi identitas
daerah tersebut.
Mengutip dari Indonesiabaik.id
(Finaka, 2022), kebaya memiliki makna disetiap unsurnya. Kebaya merupakan
pakaian adat yang berasal dari Jawa. Pakaian yang memiliki karakteristik
tradisional dan sederhana. Pakaian ini identic dengan perempuan Indonesia yang
melambangkan kesederhanaan, keanggunan, kelembutan dan keteguhan perempuan
Indonesia. Pada era modern saat ini, kebaya digunakan pada acara – acara formal
dengan tampilan yang lebih modern tanpa menghilangkan nilai filosofinya.
Selanjutnya adalah baju Bodo yang
berasal dari suku Bugis – Makasar, Sulawesi Selatan. Menurut Intan (2024), baju
adat yang terbuat dari kain tenun dan identik dengan lengan pendek. Baju bodo
memiliki beberapa warna yang melambangkan usia pengguna dan status sosial.
- Warna
kuning : untuk anak – anak yang melambangkan keceriaan.
- Warna
merah muda : dalam Bahasa Bugis merah muda disebut Bakka atau setengah matang.
Jadi baju ini digunakan oleh anak Perempuan usia 10 – 14 tahun.
- Warna
jingga : untuk anak usia 14 – 17 tahun
- Warna
merah : untuk perempuan dewasa yang belum menikah atau sudah menikah tapi belum
memiliki keturanan
- Warna
hijau : untuk bangsawan Bugis
- Warna
ungu : untuk perempuan yang berstatus janda
- Warna
putih : untuk pengasuh, pembantu dan dukun yang melambangkan kesucian
- Warna
hitam : untuk Perempuan dengan usia diatas 25 – 40 tahun
c. Upacara
Adat
Upacara adat adalah suatu kegiatan
tradisional yang dilakukan oleh penduduk secara turun temurun atas dasar
kepercayaan. Setiap daerah memiliki upacara adat yang berbeda, terdapat upacara
adat perkawinan, kelahiran dan kematian. Upacara adat dilakukan sebagai symbol bentuk
syukur dan memohon perlindungan kepada Tuhan YME.
Upacara adat diatas adalah upacara
adat Rambu Solo, merupakan upacara adat kematian yang berasal dari Toraja,
Sulawesi Selatan. Menurut Fallahnda (2022) upacara ini dilakukan sebagai bentuk
penghormatan kepada seseorang yang meninggal dan mengantarkannya kea lam roh.
Dalam pemakaman, terdapat hewan yang dikurbankan yaitu kerbau dan babi. Besaran
hewan yang dikurbankan menandakan status ketika hidup. Semakin tinggi strata
sosial maka semakin banyak hewan yang dikurbankan. Secara garis besar
rangkaiannya sebagai berikut memandikan mayat, melantunkan doa, membungkus
mayat, berkabung, mayat diarak dan dikebumikan ke goa di lereng tebing (semakin
tinggi tebing tempat pemakaman maka semakin tinggi strata sosialnya).
d.
Tarian
adat
Tarian adat adalah kesenian
tradisional suatu daerah yang mencerminkan filosofi, budaya dan kearifan lokal.
Masing – masing gerakan tari dan atribut yang digunakan memiliki makna yang
mendalam. Tarian adat biasanya dibawakan ketika upacara adat, menyambut tamu,
panen raya, atau kegiatan adat lainnya.
Gambar diatas merupakan tarian adat
yang bertema perang dari Flores Nusa Tenggara Timur bernama Tari Caci. Mengutip
dari situs resmi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
(2023) Tari kebanggaan masyarakat Flores ini memiliki gerakan dan atribut
seperti berperang. Tarian ini dibawakan setelah musim panen. Memiliki makna
rasa syukur atas panen yang didapatkan masyarakat. Selain itu bentuk rasa
syukur atas kesehatan dan peresmian kampung. Memiliki 3 tujuan yang berbeda,
maka Gerakan yang ditampilkan pun memiliki perbedaan. Hal ini disesuaikan
dengan keperluannya.
e.
Lagu
daerah
Lagu daerah adalah lagu yang
berasal dari suatu daerah , memiliki lirik dan irama yang sederhana, serta
menggunakan bahasa daerah. Menurut A, Rifda (2021) lirik yang ditulis
mencerminkan kehidupan masyarakat setempat. Pencipta lagu daerah kebanyakan
tidak diketahui, karena lagu daerah produk masa lalu yang diciptakan oleh nenek
moyang dan disebarluaskan secara lisan. Lagu daerah memiliki pesan yang penting
bagi pendengarnya. Biasanya digunakan untuk sarana upacara adat, pengiring
tarian/pertunjukan atau sebagai media komunikasi dan sebagai media hiburan.
Lagu Apuse merupakan lagu daerah
Papua, lagu yang sering dibawakan dengan riang gembira. Memiliki makna yang
mendalam, lirik lagu Apuse memiliki makna kesedihan seorang cucu yang harus
merantau dan berpamitan dengan kakek neneknya. Sang cucu pergi untuk mecari
kehidupan yang lebih baik, sehingga harus meninggalkan nenek kakeknya.
Selanjutnya adalah lagu Soleram
yang berasal dari Riau. Mengandung makna setiap anak harus memiliki budaya
malu. Menjaga kehormatan negara, budaya dan harga dirinya. Selain itu juga,
senantiasa menyambung tali persaudaraan dan menghindari perpecahan antar
golongan.
f.
Alat
musik tradisional
Alat musik tradisional biasanya
digunakan untuk mengiringi tarian adat, upacara adat, maupun lagu daerah.
Setiap daerah memiliki alat musik yang berbeda, akan tetapi memiliki fungsi
yang sama. Berikut contoh alat musik tradisional.
D.
Pelestarian
Tradisi, Kearifan Lokal dan Budaya Nasional
Budaya yang beragam dengan jumlah
yang banyak merupakan kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia. Budaya merupakan
warisan nenek moyang yang harus tetap dilestarikan. Hal ini agar tidak hilang
tergerus jaman yang semakin modern. Budaya nasional menjadi identitas bangsa
yang menjadi pembeda dengan bangsa lain. Pelestarian budaya bukan hanya tugas
dari pemerintah melainkan semua elemen yang ada, semua masyarakat Indonesia.
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan agar budaya nasional tetap lestari. Salah
satunya adalah kegiatan kebudayaan. Kegiatan ini dapat dilakukan di lingkungan
keluarga, sekolah maupun berbangsa bernegara. Penggunanan bahasa daerah
dilingkungan keluarga menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya
nasional. Hal ini merupakan kontribusi nyata yang dapat dilakukan oleh semua
elemen.
Pengenalan budaya kepada siswa –
siswi di sekolah bisa dilakukan melalui pentas seni budaya. Pentas ini
menampilkan beberapa kesenian daerah yang meliputi tarian adat, cerita rakyat,
lagu daerah dan dolanan. Melalui kegiatan ini siswa bisa belajarn budaya
nasional dan mampu menumbuhkan jiwa nasionalisme. Selain itu dalam proses
Latihan siswa dapat belajar nilai – nilai luhur bangsa seperti gotong royong
dan toleransi. Hal ini bertujuan agar budaya tidak punah dan dapat diwariskan
ke generasi selanjutnya. Sebagai negara yang kaya akan budaya, membuat penduduk
Indonesia bangga memilikinya. Melalui budaya dapat menjadi jembatan untuk
membentuk persatuan dan kesatuan bangsa.
A, Rifda. 2021. Ciri – ciri Lagu
Daerah: Fungsi, Contoh dan Maknanya. Diakses pada 25 Desember 2024, dari : https://www.gramedia.com/literasi/ciri-ciri-lagu-daerah/?srsltid=AfmBOoprdfadJZLhiSGxDw9GM6MgIljQtctDHt6485DtZW1kTZmbc51r.
Denys, Bennartho. 2022. Memahami
Filosofi Jawa “Urip Iku Urup”. Diakses pada 24 Desember 2024, dari https://dutadamaiyogyakarta.id/memahami-filosofi-jawa-urip-iku-urup/.
Fallahnda,
Balqis. 2022. Mengenal Rambu Solo, Tradisi Pemakaman di Tana Toraja. Diakses pada 25 Desember 2024, dari https://tirto.id/mengenal-rambu-solo-tradisi-pemakaman-di-tana-toraja-gzA5.
Finaka, Andrean W. 2022. Kebaya,
Busana Khas Perempuan Indonesia. Diakses pada 25 Desember 2024, dari https://indonesiabaik.id/infografis/kebaya-busana-khas-perempuan-indonesia#:~:text=Filosofi%20Kebaya&text=Sebutan%20%22Kebaya%22%20merupakan%20kata%20yang,kelembutan%20dan%20keteguhan%20perempuan%20Indonesia.
Laila. 2021. Karakteristik
Budaya Nasional: Pengertian, Contoh dan Sumbernya!. Diakses pada 24
Desember 2024, dari https://www.gramedia.com/literasi/karakteristik-budaya-nasional/?srsltid=AfmBOoozMMr5ZXCj3HjLjfTShLslmkI-6nl0OoozpkQbyu1d_Pz2ppBw.
Hashina, Nika Halida. 2021. Contoh
Fungsi Kearigan Lokal bagi Kelestarian Lingkungan. Diakses pada 24 Desember
2024, dari https://tirto.id/contoh-fungsi-kearifan-lokal-bagi-kelestarian-lingkungan-gbLJ.
(https://kbbi.web.id/tradisi), diakses pada 23 Desember 2024.
Intan, Ruhaeni. 2024. Mengenal
Baju Bodo, Baju Tertua di Dunia Kebanggaan Suku Bugis. Diakses pada 25
Desember 2024, dari : https://id.theasianparent.com/baju-bodo.
Pambudi, Aan. 2024. Budaya
Nasional Indonesia. Diakses pada 24 Desember 2024, dari https://www.geografi.org/2022/03/budaya-nasional-indonesia.html.
Pangemanan, Joan Imanuella Hanna.
2023. Kearifan Lokal Adalah: Ciri, Fungsi, dan Contoh. Diakses pada 24
Desember 2024, dari https://mediaindonesia.com/humaniora/588114/kearifan-lokal-adalah-ciri-fungsi-dan-contoh#google_vignette.
Tradisi Menyambut Lebaran yang Unik
dan Bermakna di Indonesia.
(2024). Diakses pada 24 Desember 2024, dari https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/tradisi-menyambut-lebaran-yang-unik-dan-bermakna-di-indonesia.
Umam. 2021. Kearifan Lokal :
Pengertian, Ciri – Ciri, Fungsi, Hingga Jenisnya. Diakses pada 24 Desember
2024, dari https://www.gramedia.com/literasi/kearifan-lokal/?srsltid=AfmBOoo7aSdM8IVwGWJSbhzkpExXhAudWAz2d1bhp72rfFH2h7Cq0E1R.
Sumber
rujukan gambar :
Gambar 1
dan 2 : https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/tradisi-menyambut-lebaran-yang-unik-dan-bermakna-di-indonesia
Gambar 3 :
https://kemenparekraf.go.id/ragam-pariwisata/sistem-subak-warisan-budaya-dunia-dan-daya-tarik-wisata
Gambar 4 dan 5 : https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-paling-populer/?srsltid=AfmBOopDelTzfE1fTlUzQSAJQbnFLvJiSZ-AGLtFdNjRWK_sK85VAbeX
Gambar 7 :
https://id.theasianparent.com/baju-bodo
Gambar 8 :
https://tirto.id/mengenal-rambu-solo-tradisi-pemakaman-di-tana-toraja-gzA5
Gambar 10 dan 11
:
https://www.gramedia.com/literasi/ciri-ciri-lagu-daerah/?srsltid=AfmBOoprdfadJZLhiSGxDw9GM6MgIljQtctDHt6485DtZW1kTZmbc51r
Gambar 12 dan 13 :
https://kemenparekraf.go.id/ragam-ekonomi-kreatif/Alat-Musik-Tradisional-Asli-Indonesia
Gambar 14 :
Espero
Production
Tidak ada komentar:
Posting Komentar